BWF World Tour Finals 2024 – Kontroversi Main Kotor Anders Antonsen, Salahkan Service Judge yang Batuk saat Nettingnya Eror Sendiri – Semua Halaman – Bolasport – https://bit.ly/4isUHFN – #arenanews
December 12, 2024 at 05:55AM
Bulu Tangkis
BWF World Tour Finals 2024 – Kontroversi Main Kotor Anders Antonsen, Salahkan Service Judge yang Batuk saat Nettingnya Eror Sendiri – Semua Halaman – Bolasport
BOLASPORT.COM – Tunggal putra Denmark, Anders Antonsen, membuat kontroversi pada laga perdana fase grup BWF World Tour Finals 2024 melawan Li Shi Feng (China).
Pemandangan tak mengenakkan dan tak pernah terjadi tersuguhkan dalam hari pertama turnamen BWF World Tour Finals 2024, Rabu (11/12/2024).
Lakon utamanya adalah Anders Antonsen (Denmark) yang menjalani duel kontra wakil tuan rumah Li Shi Feng pada penyisihan grup A.
Pada pertandingan yang digelar di Hangzhou Olympic Sports Centre, Hangzhou, China, itu, kontroversi yang membuat banyak pihak mengernyitkan dahi terlihat ketika gim kedua bergulir.
Situasinya terjadi saat kedudukan 18-17 untuk keunggulan Antonsen yang mulai dikejar Li secara perlahan.
Setelah Li servis, reli berlangsung beberapa pukulan hingga ada satu momen ketika netting backhand Antonsen error membentur net.
Pada saat bersamaan, dia sontak langsung berteriak marah kepada service judge (hakim garis) bernama Paul Buffham asal Inggris, yang berada di sisi lapangan.
Ternyata setelah diusut, hakim garis tersebut batuk ketika Antonsen melakukan netting dan error.
Protes keras dilakukan Antonsen yang menganggap hakim garis merusak ritme permainannya dan membuat dia melakukan unforced error.
Wasit lapangan yang memimpin pertandingan Steven Ong asal Malaysia kemudian memanggil hakim garis untuk menjelaskan apa yang terjadi.
Setelah beberapa saat mendengarkan penjelasan hakim garis bahwa dia memang terbatuk. Uniknya wasit lapangan justru memutuskan "let" alias reli diulangi.
Referee BWF berseragam merah pun ikut turun beberapa saat kemudian.
Tetapi referee tersebut hanya menurut dengan keputusan wasit lapangan.
Li Shi Feng pun otomatis bingung dan heran bagaimana bisa reli diulang ketika pemain lawan memang error sendiri?
Pelatih Li yang duduk di kusi pelatih pun juga terbelalak, tidak menyangka dengan keputusan tersebut.
Faktanya, batuk sang hakim garis tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan riuh sorak sorai pendukung Negeri Tirai Bambu di tribun yang ramai. Belum lagi dengan alat-alat penyuara yang juga menambah berisik.
Komentator BWF Gillian Clark pun bertanya-tanya dengan keputusan wasit.
"Sepertinya dia (Antosen) memprotes gara-gara hakim garis batuk."
"Tetap, saya tidak pernah melihat keputusan semacam ini, membiarkan reli diulang (let) ketika reli sudah berjalan lama dan karena batuknya seseorang."
Sementara itu rekan komentator Clark, Steen Pedersen juga membandingkan dengan yang pernah terjadi pada tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung.
Gregoria malah lebih jelas terganggu akibat flash ketika menghadapi Akane Yamaguchi (Jepang) pada turnamen prestisius All England Open 2024.
"Ya, tidak pernah sebelumnya ada wasit yang memutuskan mengulang reli seperti ini," ucap Pedersen.
"Seperti dulu waktu Gregoria Mariska, terganggu flash ketika Yamaguchi baru melakukan servis, tetapi saat itu wasit tidak menerima protesnya dan tetap poin untuk Yamaguchi," ujar Pedersen.
Namun wasit telah membuat keputusan da. Hasilnya tidak dapat diganggu gugat.
Wasit Steven Ong memutuskan reli diulang dan Li hanya bisa pasrah menurut dan mengulang servisnya dengan situasi hati yang tak enak.
Karena kedudukan yang tadinya bisa 18-18, harus kembali diulang ke kedudukan 17-18.
Baru dua reli pukulan, poin untuk Antonsen didapat leeat dropshotnya. Penonton di tribun langsung bersorak "boo" kepada Antonsen.
Sedangkan Fokus Li sendir sudah hilang dan mungkin masih kecewa karena insiden ini.
Pada akhirnya, Li kalah dari Antonsen dengan skor akhir 14-21, 19-21.
Setelah kontroversi ini terjadi, warganet juga ramai membicarakan sikap Antonsen yang banyak dinilai terlalu sering mendramatisir dan mencoba bermain licik hingga dianggap kurang sportif.
Artikel ini juga terbit di https://bit.ly/4isUHFN
from iarena – Pastikubisa https://ift.tt/fxSGJMr
via IFTTT
Comments
Post a Comment